Berpikir kritis adalah modal penting bagi jurnalis warga
agar bisa menyajikan informasi yang berkualitas. Seorang jurnalis tidak boleh
menerima begitu saja
apa yang disajikan
oleh
narasumber.
Siaran pers, konferensi
pers, wawancara dan bahan-bahan lain
tidak boleh dianggap
sebagai kebenaran yang final.
Jurnalis warga harus bisa menguji setiap fakta yang disampaikan sumber. Batu
uji terhadap fakta tersebut adalah pikiran kritis. Jurnalis selalu diajari dengan pomeo
“bahkan jika ibumu
bilang aku sayang
kamu, cek dulu faktanya, jangan langsung percaya!”
Namun, tidaklah mudah untuk
berpikir kritis. Menurut
Gregh Lich, editor
web The Washington Post ,
salah satu hambatan bagi pikiran
kritis adalah mind-set si jurnalis itu
sendiri. Pikiran jurnalis
sering terkurung dalam
kerangka pikir yang ada di kepalanya sendiri.
Berpikir
kritispun perlu latihan.
Dengan sering latihan, seorang jurnalis
warga akan terbiasa
untuk menerapkan metode berpikir
kritis. Menurut Leonard
Downie, Jr dan Miceal
Sculdson dalam Columbia
Journalism Review ada lima teknik untuk berpikir kritis, yaitu:
1. Lebih banyak
menggali sebab, jangan
hanya mengupas simpton kejadian.
2. Menimbang dan
mereka ulang bukti-bukti
yang dikumpulkan.
3. Mengenali semua stakeholder.
4. Banyaklah pertanyaan “mengapa”.
5. Selalu menguji ulang kesimpulan.
Intinya, untuk bisa
krtitis jurnalis harus
selalu skeptis terhadap segala
hal. Skeptis berarti
tidak langsung
mempercayai apa yang
dia terima. Micheal
Bugeja, pengajar pada sekolah jurnalisme pada Iowa State Univerity
menyarankan agar jurnalis
warga menerapkan prinsip
4 D agar bisa berpikir skeptis,
yaitu:
1. Doubt (ragu),
jangan percaya begitu saja apa yang Anda terima.
2. Detect (deteksi),
terus bersikap seperti seorang detektif, dengan
cara mengejar potongan-potongan fakta
untuk memperoleh gambaran utuh.
3. Discern (camkan),
selalu menelaah yang
disampaikan sumber, kalau perlu
menghubungi lagi apabila
perlu penjelasan di kemudian waktu.
4. Demand (menuntut),
selalu meminta informasi-informasi yang
belum diberikan baik
itu dokumen, referensi,
dan sebagainya.
Oleh : MARGIONO twitter.com/megimargi
Di salin dari ebook linima(s)a hal 44-57
0 comments:
Post a Comment