Originally Posted by bbreak07
bro and sis semua,
gw br sebulan mencoba merintis usaha sendiri, usaha yang ga ribet sih, yaitu bikin kue. sebenarnya skr gw masih kerja sebagai karyawan di salah satu perusahaan lokal, jadi cita-citanya pengen segera "pensiun" dari karyawan. Ternyata menjadi pengusaha sungguh bukan hal yang gampang.
Mulai dari cari lokasi untuk produksi, cetak kemasan, cari ijin dinkes, cari toko yang mau dititipin produk, managemen produksi, ketidak cocokan dengan partner bisnis, komplain dari toko yang dititip produk dll, wuah rasanya banyak banget...sampai sempat kepikir pantas aja ga banyak yang menjadi pengusaha, padahal awalnya sempat mikir ini hanya sebagai usaha sampingan kok jadinya malah lebih merepotkan daripada pekerjaan utama.
Sampai akhirnya mau bikin stand dengan menggunakan booth di mall, aku mikir ini costnya gedhe banget, mulai dari sewa lokasi yang mahal karena hitungannya per hari, trus gaji pegawai untuk jaga stand, trus belum pasti produknya laku. sebenarnya gw yakin produknya pasti laku, cuman belum dikenal oleh masyarakat aja sih.
Nah disini aku mulai bimbang nih, aku punya prinsip untuk jaga kualitas barang karena bagaimanapun brand yang kita miliki harus dijaga betul.
Karena produknya kue dimana lifetimenya pendek makanya gw punya konsep jika dalam hari itu ada sisa yang tidak terjual maka akan dijual dengan disc 50% meskipun sebenarnya lifetime produknya bisa tahan selama 3 hari.
Namun jika gw lakukan cara demikian, bisa-bisa bukannya menambah tabungan malah menggembosi tabungan karena rugi melulu.
Kira-kira ada saran dari para entrepreneur disini?
Thanks before
dan di jawab dengan sangat keren oleh [Shadow]LenZ
Halo bro.
Maaf baru jawab, baru masuk sini lagi hari ini.
Ini mirip dulu saya pertama buka usaha. Banyak pertimbangan untuk "bila tidak laku". Dan memang itu konsekwensinya bila kita berjualan di bidang makanan jadi.
"Bila tidak laku" itu memang benar, harus dipikirkan. Setidaknya perlu di-manage, namun bukan dijadikan halangan bila tekad Anda sudah bulat.
Awalnya dulu, saya selalu bersikap "terlalu positif". Tidak bisa disebut bagus juga sikap yang satu ini, karena "terlalu positif" malah berarti "naif" alias tidak memikirkan resiko sama sekali. (Barang tidak laku, bayar sewa tempat, termasuk resiko).
Perlu disadari, bahwa yang paling penting saat memulai usaha adalah Niat yang KUAT, dan mental yang TANGGUH.
Dalam artian, bersiaplah bahwa Anda "mungkin saja" gagal dulu, sebelum akhirnya SUKSES.
Dan satu2nya jalan bila Anda penasaran dengan hasilnya adalah mencoba, namun persiapkan dulu plan Bnya, yang paling penting jangan sampai kegagalan usaha yang kedua (buka di mall) mempengaruhi usaha yang pertama (sebutlah distribusi kue).
Nah to the point, berikut beberapa resiko usaha di mall :
- Harga sewa tempat mahal.
- Harus menggaji karyawan, mentrainingnya, dan mengawasinya.
- Harus memanage stock barang dengan baik (ini agak merepotkan, terutama bila mall agak jauh).
- Anda tidak bisa meninggalkan usaha tersebut setidak2nya dalam waktu 1-2tahun. Bila tetap ingin keluar, maka akan terkena denda (ini pernah saya alami, daripada bleeding besar tiap bulannya).
- Perlu menyiapkan dana berlebih untuk promosi2 di awal, event2 discount, dll.
Mengerikan ? Yup, resiko tersebut setidaknya perlu diketahui dulu, sebelum Anda malah terjebak. Namun tentu saja ada Keuntungan besar bila Anda berhasil.
Berikut adalah beberapa keuntungannya :
- Lokasi memang sudah ramai (bila mallnya ramai), jadi bila produk Anda berkesan, akan cepat sekali digandrungi orang.
- Sebagai sarana yang tepat untuk mempromosikan produk Anda. Dan mungkin nantinya juga semakin banyak tawaran kerjasama bisnis untuk Anda.
- Kesempatan besar untuk Anda yang ingin memperluas usaha. Karena nama produk Anda akan semakin dikenal orang.
- Akan menjadi suatu pengalaman yang lain dalam mengelola usaha, sehingga Anda dapat melihat mana yang lebih Anda sukai (Distribusi Kue, atau menjualnya langsung, atau malah keduanya).
Nah kira2 gitu bro. Jadi kesimpulannya tinggal Anda manage dan sesuaikan dulu dengan minat Anda, jenis usahanya apakah berprospek atau tidak di mall, hitung2 secara kasar, dsb.
Semoga bermanfaat.
NOTES : POSITIF dan NAIF hanya beda setipis kertas. POSITIF adalah selalu mencari PELUANG, selalu mencari SOLUSI, dan menyadari resiko dengan sesadar-sadarnya, sehingga kita selalu BELAJAR DARI KEGAGALAN dan tidak pernah jatuh ke JURANG NEGATIF. Sedangkan NAIF adalah selalu melihat PELUANG secara berlebihan, tidak memikirkan resikonya, sehingga saat GAGAL akan merasa KECEWA BERAT, dan jatuhlah Anda ke JURANG NEGATIF.
Contoh Orang Positif : Pengusaha SUKSES. Saya yakin 95% Pengusaha SUKSES pernah mengalami KEGAGALAN, namun selalu BANGKIT sampai akhirnya bisa SUKSES.
Contoh orang NAIF : Maaf sebelumnya, namun pernahkan Anda melihat orang eks MLM malah mengumpat2 MLMnya sendiri ?? Padahal sebelumnya ia begitu NAIF, yakin akan SUKSES melalui MLMnya dan TUTUP MATA denga PELUANG2 LAIN di sekitarnya. Ia KECEWA BERAT dan terjerumus ke JURANG NEGATIF.
"THINK BIG, DREAMS BIG, PREPARE FOR THE WORST, THEN ACTION, ACTION, ACTION, AND NEVER GIVE UP !!"
sumber: http://www.kaskus.us/showpost.php?p=92940611&postcount=2363
Super nih...mksih ilmunya
ReplyDelete